DAFTAR ISI
HALAMAN KULIT MUKA.................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
KATA
PENGANTAR............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................... 2
1.3 TUJUAN......................................................................................................... 2
1.3 TUJUAN......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ARTI PERSEPSI DAN ELEMENYA
.......................................................... 3
2.2 DINAMIKA PERSEPSI................................................................................ 6
2.3 HUBUNGAN CITRA YANG DIPERSPESI KONSUMEN TERHADAP
2.3 HUBUNGAN CITRA YANG DIPERSPESI KONSUMEN TERHADAP
PRODUK, JASA, MERK, TOKO, ATAU PERUSAHAAN...................... 7
2.4 ISU ISU ETIKA TERKAITPERSEPSI KONSUMEN................................. 9
2.5 ARTI PEMBELAJARAN DAN ELEMENYA
............................................ 9
2.6 TEORI PEMBELAJARAN KEPERILAKUAN DAN TEORI
PEMBELAJARAN KOGNITIF DAN APLIKASINYA............................ 11
2.7 HUBUNGAN PEMBELAJARAN DENGANKETERLIBATAN............... 13
2.8 UKURAN PEMBELAJARAN KONSUMEN
............................................. 15
2.9 ISU ETIKA DALAM PEMBELAJARAN KONSUMEN
........................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................... 20
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan paper mata kuliah
perilaku
konsumen ini.
Paper ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah perilaku konsumen di program studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan paper ini.
Akhirnya penulis
menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan paper
ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan paper ini.
Bukit
Jimbaran, 10 Maret 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Sebagai individu yang berbeda, kita semuanya cenderung
melihat dunia ini menurut cara khusus kita sendiri. Melalui
persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia terlihat berwarna cerah,
pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi (perception) merupakan konsep
yang sangat penting dalam psikologi, meski bukan dikatakan yang paling penting.
Kepribadian seseorang yang berbeda satu dengan yang lainnya
mempengaruhi cara pandang terhadap citra dari sebuah produk begitupun dengan
persepsinya. Persepsi dari sedemikian orang yang berdiri di tengah ruangan,
mungkin akan memiliki persepsi yang berbeda-beda pula terhadap sebuah apa yang
mereka lihat, mereka dengar, mereka rasakan dan mereka sentuh.
Sebuah persepsi akan memberikan pandangan positif maupun
pandangan negatif terhadap sebuah produk baik berbentuk barang ataupun jasa,
baik terhadap merek ataupun perusahaannya sekalipun. Sebuah persepsi tergantung
dari cara pandang seseorang yang dikombinasikan dengan kelima inderanya yang
berkorelasikan dengan stimulus-stimulus yang berada di sekelilinya sehingga
akan memberikan paparan serta perhatian kepada sebuah objek yang akan muncul
dan kita sebagai manusia mampu memberi persepsi baik secara alam bawah sadar
kita ataupun persepsi yang kita sadari secara langsung
Persepsi sendiri tidak lepas juga keterkaitannya dengan
kepribadian seseorang, bahkan dapat dikatakan persepsi tiap orang timbul dan
dapat berbeda dikarenakan dipengaruhi oleh faktor kepribadian. Para ahli
percaya bahwa kepribadian bersumber dari dalam diri seseorang, kepribadian
sendiri juga dibagi menjadi tiga teori yakni teori freudian, teori neo-freudian
dan teori sifat/ trait. Masing-masing dari teori ini akan menghasilkan dua
konsep yang masing-masing akan menggambarkan harga diri seseorang, konsep
tersebut yakni konsep diri aktual dan konsep diri ideal. Kedua konsep diri akan
mencitrakan bagaimana diri seorang individu, apakah sesuai memakai, mengkonsumsi
ataupun menghabiskan sebuah produk demi mencapai kepuasan yang abadi. Citra
pribadi yang positif terhadap produk akan menimbulkan persepsi yang positif
pula terhadap sebuah produk, demikian juga citra yang negatif yang diberikan
sebuah produk tentu akan memberikan persepsi yang negatif pula kepada sebuah
produk.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan persepsi dan elemen-elemennya?
2. Apa saja dinamika persepsi?
3. Bagaimana hubungan citra yang dipersepsi konsumen
terhadap sebuah produk, jasa, merk, toko, atau perusahaan?
4. Apa saja isu-isu etika terkait dengan persepsi konsumen?
5. Apa yang dimaksud dengan arti pembelajaran dan elemen –
elemennya?
6. Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran keperilakuan
dan teori pembelajaran kognitif serta bagaimana pengaplikasiannya?
7. Bagaiamana dengan hubungan pembelajaran dengan
keterlibatan konsumen
8. Apa ukuran pembelajaran konsumen?
9. Bagaimana isu- isu etika dalam pembelajaran konsumen?
1.3
TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan arti persepsi dan
elemen-elemennya
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dinamika persepsi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan citra yang
dipersepsi konsumen terhadap sebuah produk dan sebagainya
4. Mahasiswa mampu menjelaskan isu-isu etika terkait
persepsi konsumen
5. Mahasiswa mampu menjelaskan arti pembelajaran dan
elemen-elemennya
6. Mahasiswa mampu menjelaskan teori pembelajaran
keperilakuan dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasinya
7. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan pembelajaran dengan
keterlibata konsumen
8. Mahasiswa paham akan ukuran pembelajaran konsumen
9. Mahasiswa mampu menjelaskan isu etika terkait
pembelajaran konsumen
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 ARTI PERSEPSI DAN ELEMENYA
Secara
etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perceptio yang berarti menerima atau mengambil. Menurut Stephen P. Robbins (1998),
persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap
kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya. Menurut Fred Luthans
(1992) mengatakan proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang
rumit dalam penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan
menurut Milton (1981) mengatakan persepsi adalah proses seleksi, organisasi dan
interpretasi stimulus yang berasal dari lingkungan.
Berdasarkan
pendapat para ahli dapat disimpulkan persepsi adalah sebagai sebuah proses yang
dilalui seorang
individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimuli ke dalam
sebuah gambaran tentang dunia yang memiliki arti atau makna dan bersifat
koheren. Persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku
konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan sebuah
produk.
Menurut
shiffman dan kanuk (1997), persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi
antara dua jenis faktor :
1. Faktor
stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, berat, warna atau
bentuk. Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristik akan mampu
menciptakan suatu rangsangan pada indra manusia, sehingga mampu menciptakan
sesuatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya.
2. Faktor
individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca indra akan
tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan
dari individu itu sendiri.
Suatu
stimulus adalah setiap unit masukan yang diterima oleh indra manusia atau yang
sering disebut dengan sebagai masukan sensosri (sensory input) atau stimuli sensori
(sensory stimuly). Masukan sebuah sensori antara lain adalah produk,
kemasan, nama merek, iklan dan sejenisnya. Organ atau indra manusia yang
menerima stimuli itu disebut dengan penerima sensori (sensory receptors). Setiap fungsi yang dijalankan oleh indra itu,
baik secara tunggal ataupun kombinasi, memaminkan peran dalam mengevaluasi dan
menggunakan produk
konsumen. Berikut adalah proses terbentuknya sebuah persepsi sejak tahap penerimaan
stimuli oleh penerima sensori sampa memperoleh gambaran setelah diinterpretasi.

Gambar
Sebagaimana
disajikan digambar diatas kita
menerima stimuli sensori melalui pandangan, suara, bau, rasa dan
tekstur.pemasar selalu berupaya menyampaikan berbagai pesan produknya melalui
kelima elemen stimuli sensori tersebut. Gambar
tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang telah berhadapan dan terpapar oleh
berbagai pesan yang diterimanya melalui penerima stimuli akan memilih
pesan-pesan tersebut untuk kemudian di beri perhatian. Selanjutnya pesan- pesan
itu diartikan atau diinterpretasikan sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, dan
keinginannya sehingga makna yang diterima mungkin berbeda dengan apa yang
diinginkan oleh pengirim pesan
sehingga sebuah persepsi pun akan terbentuk.
Sistem Sensori
Setiap hari, kita menerima sejumlah
stimuli eksternal melalui berbagai saluran atau media yang dapat diterima oleh
indra kita. Proses terbentuknya persepsi dimulai ketika masukan dari lima organ
sensori kita mendeteksi data mentah sejumlah stimuli. Kualitas sensorik yang
unik memaminkan peranan yang sangat penting disini dalam membantu
mempertahankan merek atau produk di dalam ingatan konsumen. Sensitivitas
stimuli bervairasi tiap orangnya, sebagai contoh seorang yang buta mungkin
memiliki sensitivitas yang rendah pada indra penglihatannya ketimbang dengan
orang yang normal penglihatnnya ataupun orang yang tuli yang memiliki
sensitivitas rendah pada indra pendengarannya.
Paparan
Paparan (expose) terjadi ketika sebuah
stimuli berada di dalam rentangan penerima sensori seseorang. Biasanya ketika
stimuli itu datang, orang tersebut menjadi tidak sadar akan stimuli lainnya.
Kita mampu mencatat atau memperhatikan stimuli yang datang ke dalam rentang
penerima sensori dalam hanya waktu yang sangat pendek. Kemampuan orang untuk
mempersepsikan stimuli yang datang sangat berkaitan dengan ambang batas
sensorinya.
Ambang batas sensori (sensory
threesold) adalah suatu tingkatan keadaan saat individu menangkap sebuah sensori, sebagian dari
kita memiliki kemampuan lebih baik dalam menangkap sebuah stimuli sensori,
sedangkan sebagian lainnya mengalami gangguan dalam saluran sensorinya karena
faktor usia.
Sedangkan ambang batas absolut
(absolut threesold) adalah suatu tingkatan keadaan paling rendah saat individu mengalami sebuah
sensasi. Ambang batas ini merupakan suatu titik ketika seseorang mampu
mendeteksi sebuah stimuli antara “ada sesuatu” dengan “tidak ada sesuatu”
Perbedaan ambang batas ini berkaitan
dengan hukum Webber yang menyatakan bahwa pebedaan dua buah stimuli bukan
merupakan suatu jumlah yang absoulut melainkan relatif atau kejadian just noticable difference. Sebagai
contoh, angka relatif yang biasa digunakan oleh pemasar untuk memberikan diskon
produk minimal 20 persen, angka ini adalah angka (j.n.d.). Bila demikian penurunan harga sebesar 500 rupiah akan
sangat dirasakan oleh konsumen pembeli minyak goreng dari harga dasar 2.500
rupiah, ketimbang penurunan harga sebesar 5.000 rupiah dari harga semula sebuah sepatu yakni 300.000
rupiah. Ini dikarenakan penurunan harga pada pembelian sepatu angkanya dibawah j.n.d.
Perhatian
perhatian
atau atensi mengacu pada suatu tingakatan aktivitas pengolahan yang dicurahkan
pada suatu stimulus tertentu. Alokasi yang diberikan oleh seseorang pada suatu
stimulus tertentu sangat bervariasi karena dipengaruhi dua hal yakni faktor
dari si penerima dan faktor stimulus itu sendiri. Perhatian tiap orang terhadap
sebuah stimulus tertentu akan bervariasi ini dikarenakan sesuai dengan pengetahuan,
pengalaman, dan keinginannya mereka individu masing-masing
2.2
DINAMIKA PERSEPSI
Subbab
sebelumnya menjelaskan bagaimana sebuah persepsi bisa terjadi pada sebuah
stimulus yang diterima oleh konsumen. Manusia terus menerus dihujani oleh
stimuli setiap menit, setiap jam dan setiap harinya, baik melalui media cetak, media
elektronik, kejadian yang tak sengaja maupun yang memang benar disengaja. Stimulus
mana yang akan lulus seleksi oleh seorang individu tergantung pada :
1. Sifat-sifat
stimulus
Stimulus
pada pemasaran termasuk ciri-ciri produk, atribut-atributnya, rancangan
kemasan, nama merek dan iklan. Faktor stimulus yang paling penting di persepsi konsumen adalah :
·
Contrast, merupakan atribut yang paling
kuat. Contrast menguatkan persepsi dengan menonjolkan perbedaan intensitas
stimulus itu. Jadi konsumen menerima stimulus yang berhubungan dengan
konteksnya. Hal ini mendasari prinsip sosok dan latar (figure and ground).
Konsumen mempersepsi suatu sosok dalam konteksnya dengan latar. Prinsip sosok
dan latar dalam iklan dikatakan gagal bila konsumen ingat pernah melihat iklan
tersebut tetapi tidak dapat menyebabkan nama produknya. Mana yang sebenernya
berfungsi sebagai sosok dan yang mana latar.
·
Closure, pengetahuan adalah
kecenderungan orang untuk mengisi, secara persepsi, bagian yang hilang dari
stimulus yang tidak lengkap.
·
Proximity, menurut prinsip kedekatan,
benda atau artikel yang berdekatan satu sama lain dalam wawasan waktu maupun
ruang akan di presepsi sebagai bagian-bagian yang berhubungan dari suatu pola
atau konfigurasi.
·
Similarity, dalam suatu konglomerasi
stimulus, orang akan mempersepsi objek-objek yang kelihatan sama menjadi satu
kelompok. Ada kecenderungan konsumen tidak mengelompokan produk-produk karena
kemasan warna, kemasan, dan bahkan pada penempatan rak. Ukuran, warna, posisi,
dan usia dari stimulus itu. Ukuran, warna, dan posisi produk dalam stimulus atau dalam hal ini iklan harus sesuai
dengan positioning produk; sedangkan stimulus yang baru tentu saja akan lebih
menarik perhatian dari pada yang sudah usai.
2. Expectation
(harapan) konsumen
Orang
biasanya mempunyai harapan tentang apapun yang dihadapi, baik produk maupun
orang. Harapan ini di bentuk dari pengalaman sebelumnya dari informasi yang dia
peroleh melalui media masa dan dari kenalannya atau juga apa yang dia lihat, di
raba dan di dengar saat itu. Itulah sebabnya pemirsa selalu disuguhi dengan
preview film yang bakan ditayangkan di TV, peserta seminar selalu di beri
informasi data pribadi dan pendidikan si pembicara, bahkan produkpun diberi
kemasan dengan bahan, warna dan gambar tertentu. Semua itu merupakan suatu yang
mengkondisikan prospek untuk membentuk expektasi.
3. Motive
Motive
adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini
orang lebih memperhatikan
sesuatu yang menurut dia dapat memenuhi kebutuhan. Orang cenderung memasukan
stimulus yang cocok dengan motifnya
ke dalam persepsi. Semakin kuat kebutuhan, semakin besar kecenderungan untuk
mengabaikan stimulus yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan itu. Orang
yang membutuhkan mobil akan tertarik pada iklan-iklan mobil, informasi tentang
mobil, majalah atau tabloid otomotif, dan mengabaikan iklan dan informasi yang
lain. Sebaliknya, orang yang memiliki motif melindungi diri, tidak akan bergeming
dengan iklan rokok semenarik apapun, tetapi dia justru sangat tertarik pada
keterangan tentang kandungan nutrisi pada kemasan makanan.
2.3 HUBUNGAN
CITRA YANG DIPERSPESI KONSUMEN TERHADAP PRODUK, JASA, MERK, TOKO, ATAU
PERUSAHAAN
Pemetaan terhadap persepsi merupakan suatu teknik yang
bisa digunakan oleh para pemasar untuk mengetahui bagaimana produk, jasa, merek
toko, ataupun perusahaan mereka dipersepsikan oleh konsumen. Pemetaan ini
dilakaukan ketika pemasar menghubungkan merek produknya dengan merek pesaing
untuk atribut yang relevan. Teknik ini memungkinkan pemasar seolah-olah dapat
melihat jurang yang terdapat dalam pemosisian mereknya. Dengan teknik ini bisa
pula diketahui pada area mana konsumen belum terpenuhi.
Produk dan merek memiliki nilai simbolis bagi individu
yang menilainya atas dasar kesesuaian dengan gambaran pribadi merekamengani
diri sendiri. Beberapa produk kelihatan cocok dengan citra diri seorang
individu, yang lainnya kemungkinan tidak cocok. Para konsumen berusaha
memelihara atau meningkatkan citra diri mereka dengan membeli berbagai produk
dan akhirnya berlanggan, yang menurut keyakinan mereka sesuai dengan citra diri
mereka dan tentunya menghindari yang tak sesuai dengannya.
Pemosisian jasa
Dibandingkan dengan memasarkan produk, pemasar jasa
mengahadapi beberapa masalah ynag unik dalam strategi pemosisian dan
promosinya. Karena jasa tidak berwujud maka citra menjadi sebuah faktor kunci
untuk membeda jasanya dari pesaing. Bagi perusahaan jasa, desain lingkungan
jasa merupakan satu aspek penting dalam strategi pemosisiannya. Hal ini
dilakukan untuk mempertajam kesan dan perilaku konsumen serta perilaku
karyawan. Lingkungan fisik sangat penting dan berpengaruh bagi perusahaan jasa
seperti bank, rumah sakit, jasa konsultan, dan kantor- kantor pelayanan
masyarakt lainnya.
Persepsi harga
Cara konsumen mempersepsi harga berpengaruh kuat pada
daya dan niat beli konsumen sehingga nantinya menghasilkan kepuasan pembelian.
Tidak ada orang yang senang ketika dirinya harus membayar mahal sebuah produk
sebanyak dua kali harga yang dibayar konsumen lain. Produk- produk yang
diiklankan sebagai diobral cenderung menciptakan persepsi konsumen yang makin
tinggi tentang sebuah nilai dan penghematan, berbanding terbalik dengan
kejadian yang dimana konsumen bila membeli sebuah produk dengan harga yang
mahal sehingga menimbulkan persepsi harga produk yang memboroskan kantong.
Persepsi kualitas
Konsumen sering kali mempersepsikan sebuah kualitas
sebuah produk ataupun jasa berdasar variasi berbagai petunjuk informasi yang
mereka asosiasikan dengan produk itu. Beberapa petunjuk itu bersifat intrinsik
dan ekstrinsik. Berbagai petunjuk yang
bersifat intrinsik dengan karakteristik fisik produk seperti ukuran, warna,
rasa, atau aroma. Dalam beberapa kasus, konsumen sering kali menilai kualitas
produk berdasarkan ciri-ciri fisik seperti menilai rasa kue ataupun es krim
dari warnanya.
Konsumen merasa lebih sulit lagi untuk menilai kualitas
jasa dengan sebuah produk. Hal ini dapat dimaklumi dikarenakan adanya beberapaa
karakteristik jasa yang berbeda dengan karakteristik sebuah produk barang. Jasa
bersifat tidak berwujud, kualitasnya bervariasi, tidak tahan lama, serta
umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Konsumen tidak bisa
melakukan evaluasi langsung antar atribut dari berbagai jasa yang saling
bersaing sebagaiman bisa dilakukan terhadap barang. Karena itu konsumen
mengandalkan penilainnya terhadap kualitas jasa berdasarkan hal- hal yang bisa
mewakili petunjuk ekstrinsiknya.
2.4 ISU ISU ETIKA TERKAIT PERSEPSI KONSUMEN
Persepsi
Konsumen Terhadap Keamanan Pangan Susu Formula dengan Adanya Isu Bakteri
Enterobacter sakazakii
Makanan
atau minuman yang baik adalah makanan atau minuman yang tidak mengandung
zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan yang mengkonsumsinya. Jumlah produk
instan yang semakin meningkat menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat. Hal
ini terjadi pada susu formula dengan adanya beberapa hal seperti kebutuhan kaum
ibu dalam pemenuhan gizi anaknya, gencarnya para produsen susu formula dalam
mempromosikan produknya, bahkan gaya hidup kaum ibu dalam zaman moderen ini
menyebabkan meningkatnya pemberian susu formula bagi anak-anak. Namun harus
disadari bahwa makanan atau minuman haruslah mempunyai keamanan dan mutu yang
baik agar yang mengkonsumsi mendapatkan manfaat bukan kerugian yang akan
timbul. Ada isu yang menyatakan bahwa dalam susu formula terdapat bakteri yang
berbahaya yaitu Bakteri Enterobacter sakazakii.
Adanya
isu ini menimbulkan berbagai persepsi
dan sikap terhadap susu formula.
Persepsi konsumen tentang isu ini ialah konsumen belum paham
terhadap keamanan pangan susu formula, konsumen menjadi tahu akan adanya isu bakteri
Enterobacter sakazakii yang ada pada susu formula dan mengetahui bahaya yang akan timbul
dengan adanya bakteri Enterobacter sakazakii. Konsumen berpersepsi bahwa mereka
berpengaruh dengan adanya isu ini. Namun mereka tetap mengkonsumsi susu formula dari berbagai merek,
karena mereka belum tahu pasti merek susu apa saja yang telah terkontaminasi
bakteri. Selain itu, konsumen
merasa cocok dengan produk yang selama ini mereka berikan pada anak-anaknya.
2.5 ARTI PEMBELAJARAN DAN ELEMENYA
Secara sederhana
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam perilaku yang
relative permanen sebagai akibat pengalaman masa lalu. Dalam perspektif
pemasaran, pembelajaran konsumen dapat diartikan sebagai sebuah proses yang
dilalui seorang individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang
pembelian dan kosnumsi yang akan diaplikasikan di masa datang.
Ada
beberapa poin yang terdapat dalam definisi ini. Pembelajaran konsumen merupakan
proses, artinya hal itu berkembang dan mengalami perubahan sebagai hasil
diperolehnya pengetahuan dan pengalaman yang baru. Baik pengetahuan maupun
pengalaman pribadi, keduanya berfungsi sebagai umpan balik bagi individu yang
memberinya dasar bagi perilakunya di masa datang dalam situasi yang hampir
sama. Agar proses pembelajaran terjadi, harus ada yaitu motivasi, petunjuk,
respon dan penguatan
a. Motivasi
Motivasi sangat penting
dalam teori pembelajaran, motivasi dilandasi oleh adanya kebutuhan dan tujuan.
Motivasi merupakan pemacu terjadinya pembelajaran
b. Petunjuk (cue)
Petunjuk atau pendorong
(cue) adalah stimuli yang memberikan
arah bagi motif tertentu. Petunjuk merupakan suatu stimulus yang tidak cukup
kuat untuk membangkitkan atau menggerakan konsumen
c. Respon
Respon merupakan
perilaku individu sebagai reaksi terhadap suatu pendorong atau cue.
Pembelajaran dapat terjadi meskipun responnya tidak Nampak. Misalnya produsen
mobil yang secara konsisten memberi dorongan tidak selalu berhasil menstimulasi
terjadinya pembelian. Namun bila produsen itu berhasil membentuk citra positif
bagi merek mobil di benak konsumen, maka konsumen itu siap untuk membeli, ada
kecendrungan merek mobil itu akan masuk dalam pertimbangannya
d. Penguatan
Penguatan meningkatkan
kemungkinan bahwa suatu respon tertentu akan terjadi di kemudian hari sebagai
cue tertentu. Misalnya setelah melihat iklan yang menayangkan sebuah merek obat
jerawat, seseorang lalu mencoba mengikuti petunjuk seperti iklan tersebut.
Tindakan itu pun berhasil mengurangi jerawatnya sehingga ia akhirnya terus menerus menggunakan obat
tersebut. Dalam hal ini, pembelajaran terjadi karena adanya penguatan yang
sifatnya psoitif
2.6 TEORI
PEMBELAJARAN KEPERILAKUAN DAN TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF DAN APLIKASINYA
Pembelajaran
dengan perspektif perilaku
Teori pembelajaran berdasarkan perilaku sering pula
disebut sebagai teori stimulus respon karena didasari premis bahwa suatu
pembelajaran terjadi karena ada respon yang dapat diamati sebagai akibat adanya
stimulus eksternal. Perspektif perilaku ini terdiri dari dua teori yaitu
1.
Pengkondisian
klasik ( classical conditioning ).
Teori
pengkondisian klasik menyatakan bahwa semua mahluk merupakan entitas yang
relative pasif. Mereka dapat diajari perilaku tertentu melalui pengulangan
(pengkondisian).
![]() |
Model umum yang
menggambarkan bagaimana proses pembelajaran terjadi dikembangkan oleh ivan pavlov, seorang psikologis rusia. Pavlov
menyatakan bahwa hasil pembelajaran terkondisikan bila suatu stimulus
dipasangkan dengan stimulus lainnya akan menghasilkan respon yang sama apabila
digunakan sendirian. Dengan kata lain pembelajaran terjadi apabila terdapat
suatu stimulus yang dikondisikan. Stimulus yang dikondisikan itu sebelumnya
dipasangkan dengan stimulus lainnya yang tidak dikondisikan tetapi diketahui
menghasilkan respon tertentu, dan stimulus berpasangan ini diulang berkali kali
sampai akhirnya bila stimulus yang dikondisikan tidak disertai dengan stimulus
lainnya, respon atau pembelajaran tetap terjadi.
Ada tiga konsep
dasar yang diperoleh dari pengkondisian klasik yaitu : 1)
Pengulangan. Pengulangan/ repetisi dapat
meningkatkan kekuatan asosiasi antara stimulus yang dikondisikan dan stimulus
yang tak dikondisikan, serta memperlambat proses terjadinya lupa. Akan tetapi
repetisi yang sering terjadi akan mengakibatkan kejenuhan. Pesan iklan yang
terlalu berulang ulang dapat berdampak pada kejenuhan terhadap iklan itu. 2) generalisasi stimulus. Pembelajaran tidak tergantung hanya pada
repetisi melainkan juga pada kemampuan individu untuk melakukan generalisasi. 3) diskriminasi stimulus. diskriminasi
stimulus adalah kebalikan dari generalisasi stimulus dan merupakan hasil dari
seleksi terhadap stimulus dan merupakan hasil dari seleksi terhadap sebuah
stimulus spesifik di antara stimulus yang mirip.
2.
Pengkondisian
instrumental (instrumental conditioning)
Penilaian konsumen terhadap suatu merek
seringkali didasarkan oleh tingkat kepuasan yang merupakan reward atau
penghargaan yang dialaminya karena telah memberi merek itu. Dengan kata lain
perilaku pembelian terjadi sebagai akibat dari suatu pengkondisian yang
sifatnya instrumental.
![]() |
Teori
pembelajaran instrumental menyatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui proses
coba-salah ( trial-error ). Kebiasaan akan terbentuk sebagai hasil pengharagaan
yang diperoleh dari perilaku tertentu. Misalnya dari pembelian di beberapa
took, konsumen akan mempelajari toko mana yang menyediakan pakaian terbaik pada
harga tertentu. Jika ia sudah menemukan pakaian yang diinginkan maka akan
membentuk pola terhadap toko itu dan akan mengabaikan toko yang lain. Setiap ia
suka membeli pakaian yang disukainya dari toko itu, loyalitasnya terhadap toko
itu dirasakan dihargai ( diperkuat ) dan polanya terhadap toko itu cenderung
untuk diulangi.
Ada dua konsep yang diperoleh dari
pengkondisian instrumental ini yakni: 1)
Kepuasan konsumen. Semua
pemasar bertujuan untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan. Pemasar harus
memastikan untuk memberikan produk yang sebaik mungkin bagi uang yang
dikorbankan oleh pelanggan dan menghindarkan terbentuknya harapan pelanggan
yang melebihi dari yang mungkin diberikan. Disamping akrena pengalaman
menggunakan produk , konsumen memperoleh penguatan dari elemen lain dalam
situasi pembelian seperti lingkungan toko atau tempat bertransaksi, pelayanan
yang diberikan dan kemudahan yang disediakan. 2)Pemasaran hubungan. Pemasar hubungan/relationship marketing
dalah upaya mengembangkan hubungan yang
sangat dekat dengan pelanggan. Hubungan ini merupakan bentuk penguatan.
Pembelajaran
dengan perspektif kognitif
Tidak semua
pembelajaran terjadi sebagai hasil percobaan yang diulang ulang. Para
psikolog kognitif memandang bahwa
pembelajaran terajdi sebagai suatu proses penyelesaian masalah yang
memungkinkan bagi seorang untuk memiliki beberapa kendali terhadap
lingkunganya. Teori pembelajaran kognitif menyatakan bahwa pembelajaran itu melibatkan pengolahan
informasi mental yang kompleks. Para
pendukung pembelajaran kognitif tertarik untuk membahas situasi pembelajaran
yang terkait dengan factor factor
motivasi, tujuan yang dirasakan, sifat situasi secara keseluruhan, serta
keyakinan, nilai dan kepribadian dari subyek. Secara singkat pembelajaran
kognitif berkaitan dengan bidang psikologis subyek. Dengan kata lain teori
kognitif menekankan keterlibatan proses
pikiran dalam pembelajaran konsumen.
Menurut Bandura ada dua model pembelajaran
kognitif yaitu pembelajaran dengan pengalaman langsung dan pembelajaran dengan
pengamatan atau pemodelan.
![]() |
Model gambar
tersebut menunjukan adanya pengenalan terhadap tujuan, perilaku yang didasari
tujuan, wawasan sebagai sebuah solusi, dan pencapaian tujuan.
Pembelajaran
kognitif sangat relevan untuk memahami proses pembuatan keputusan yang
dilakukan konsumen. Dalam proses itu konsumen menyadari adanya kebutuhan,
mengevaluasi alternative alternative yang mungkin cocok dengan kebutuhan itu,
memilih produk yang dianggap mampu menyelesaikan masalah dan mengevaluasi sampai
sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhannya.
2.7 HUBUNGAN PEMBELAJARAN DENGAN KETERLIBATAN
Keterlibatan
konsumen adalah tingkat kepentingan atau minat pribadi yang dirasakan oleh
konsumen terhadap akuisisi, konsumsi, dan disposisi suatu barang, jasa atau
gagasan. Ketika keterlibatan meningkat, konsumen memiliki motivasi yang kuat
untuk memperhatikan, memahami, dan mengelaborasi informasi yang terkait dengan
pembelian. Dengan kata lai, semakin tinggi tingkat keterlibatan seseorang, maka
makin tinggi pula tingkat pencarian informasi. Kemudian pada umumnya, konsumen
dikatakan memiliki keterlibatan tinggi terhadap suatu produk apabila produk itu
memenuhi kondisi berikut :
1.
Produk itu
penting bagi konsumen. Sebuah produk cenderung merupakan produk yang penting
bagi konsumen bila a) citra diri konsumen tercermin dari produk itu ; b) produk
itu mahal ; c) produk itu memilki beberapa peran fungsional penting
2.
Produk itu
memiliki daya tarik emosional. Konsumen tidak hanya mencari manfaat fungsional
dari suatu produk, tetapi seringkali mencari manfaat yang mendorong terjadinya
respon emosional Misal, kepemilikan motor Harley
3.
Produk itu
diminati konsumen secara terus menerus
4.
Produk itu
memiliki risiko signifikan. Risiko yang dimaksudkan disini meliputi risiko
finansial, risiko teknologi, risiko sosial atau risiko fisik
5.
Produk itu
berkaitan dengan norma kelompok. Bila suatu produk dianggap merupakan simbul,
identitas, norma atau nilai dari suatu kelompok yang dimasukinya, seseorang
akan memiliki keterlibatan tinggi terhadap produk itu
Keterlibatan dan Strategi Media
Informasi
kognitif (verbal) diolah oleh otak sebelah kiri jadi media cetak dan media
interaktif dianggap merupakan media dengan keterlibatan yang tinggi. Menurut
teori ini , iklan cetak diolah dalam urutan tahap-tahap kognitif yang kompleks
dan digambarkan dalam berbagai model pengolahan informasi yang klasik. Melalui
pengulangan, produk dipasangkan dengan citra visual untuk menghasilkan
tanggapan yang diinginkan yaitu pembelian merk yang diiklankan. Teori pengolahan
otak kanan mnekankan pentingnya unsur visual dalam iklan, termasuk pemakaian
berbagai simbol kreatif.
Berbagai
petunjuk bergambar lebih efektif dalam membangkitkan ingatan dan keakraban
dengan produk, sedangkan petunjuk verbal (yang memicu pengolahan otak kiri)
menggerakkan kegiatan kognitif yang mendorong para konsumen untuk menilai
keuntungan dan kerugian produk tersebut.
Keterlibatan dan relevansinya bagi Konsumen
Terdapat konsumen dengan keterlibatan yang tinggi
dan rendah maka, terdapat pula pembelian dengan keterlibatan yang tinggi dan
rendah. Kedua pendekatan ini menimbulkan gagasan bahwa tingkat keterlibatan
konsumen tergantung pada tingkat keterkaitan pribasi yang ditimbulkan produk
untuk konsumen itu. Pembelian dengan tingkat yang tinggi adalah pembelian yang
penting bagi konsumen (yaitu dari sudut risiko yang dirasakan) dan dengan
demikian menggerakkan pemecahan masalah (pengolahan informasi) yang ekstensif.
Para konsumen yang sangat terlibat hanya dapat menerima sedikit merk (mereka
disebut pembuat kategori yang sempit) sedangkan para konsumen yang tidak
terlibat mungkin mau menerima bermacam-macam pesan mengenai pembelian dan akan
mempertimbangkan lebih banyak merk (mereka adalah pembuat kategori yang lebar).
2.8 UKURAN PEMBELAJARAN KONSUMEN
Bagi
para pemasar, ada dua tujuan yang terkait dengan pembelajaran konsumen, yaitu
meningkatnya pangsa pasar dan meningkatnya jumlah konsumen yang loyal terhadap
merk. Para pemasar melakukan promosi untuk mengajari konsumen bahwa mereknyalah
yang paling baik untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan memnuhi
kebutuhnannya. Karena itu sangaat penting artinya bagi pemasar untuk mengukur
seberapa efektif konsumen telah belajar tentang pesan-pesan yang disampaikannya
Mengukur Ingatan
Mengukur hasil pembelajaran konsumen dapat dilakukan
dengan menguji ingatan konsumen. Uji semacam itu dikenal dengan uji pengenalan
(recognition) dan uji ingatan (recall). Kedua uji itu dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah konsumen pernah melihat sebuah iklan tertentu,
ingat nama merk yang diiklankan, seberapa jauh mereka telah membaca atau
melihatnya, dan apakah mereka ingat pesan-pesan yang disampaikan.
Dalam
uji pengenlan, kepada konsumen ditunjukkan suatu iklan lalu ditanyakan apakah
mereka pernah menyaksikan iklan tersebut dan ingar hal-hal penting dari iklan
itu. Sementara itu dalam uji ingatan, konsumen ditanya apakah mereka ingat
beberapa iklan yang ditayaangkan pada acara komersial televisi atau media
lainna, serta apakah mereka mengingat beberapa hal penting dari iklan yang
disampaikan.
Contoh ukuran pengenalan, iklan
rokok star mild dengan tag line Losta masta dan dengan logo gambar bintang
jatuh. Para konsumen rokok tahu bahwa hanya Star Mild yang memiliki logo
tersebut, dan tanpa menyebut merek pun tahu bahwa itu produk rokok star mild.
Contoh ukuran ingatan, apabila kita melihat iklan televisi kita akan mengingat
manfaat dari produkiklan tersebut,misalnya minuman sereal “Energen”; memberi
pesan kepada kita bahwa produk ini cocok digunakan pada wakttu yang mendesak,
atau tidak sempat sarapan karena proses penyajian nya sangat praktis. Selain
itu, produk ini mempunyai kandungan yang bergizi sehingga sangat baik untuk
dikonsumsi.
Mengetahui
sikap konsumen sangat penting bagi pemasar karena hal itu sangat menentukan
perilaku selanjutnya. Sikap positif atau negatif yang ditunjukkan seseorang
terhadap suatu produk akan menentukan apaakah ia akan bersedia membeli produk
tersebut, baik membeli untuk pertama kalinya maupun membeli ulang.
Respon Kognitif terhadap Periklanan
Ukuran
lain pembelajaran konsumen adalah sejauh mana konsumen secara akurat memahami
pesan-pesan iklan yang dimaksudkan. Pemahaman merupakan fungsi dari
karateristik pesan, kemampuan konsumen
untuk mengolah informasi, motivasinya, dan tingkat keterlibatannya. Untuk
memastikan tingkat pemahaman yang tinggi, banyak pemasar melaksanakan pengujian
naskah, baik sebelum maupun setelah iklan ditayangkan di media. Uji pendahuluan
dilaksanakan untuk memastikan elemen-elemen pesan mana yang perlu direvisi,
sedangakn uji pasca penayangan dilakukan untuk mengevaluasi keefektivan pesan. Contoh,
“iklan Oreo” pada iklan tersebut si bintang iklan memberi tahu konsumen cara
makan oreo yang asik yaitu “diputer, dijilat, dicelupin”
Loyalitas Merek
Tujuan
akhir dari proses pembelajaran konsumen yang diharapkan oleh pemasar adalah
terciptanya loyalitas merek. Para pemasar sepakat bahwa loyalitas merek terdiri
atas sikap dan perilaku aktual terhadap merek, dan keduanya harus diukur.
Ukuran kesikapan berkaitan dengan perasaan konsumen secara keseluruhan tentang
suatu produk atau suatu merek dan niat pembelian mereka.Sementara itu, ukuran
yang berhubungan dengan perilaku didasari oleh respon terhadap stimuli promosi
yang dapat diamati (misal pembelian ulang). Contoh, apabila kita sudah
aware terhadap Pond’s baik dari produk pelembab wajah, facial wash, lotion,
pembersih wajah maka kita akan setia terhadap produk itu karena apa yang kita
rasakan manfaatnya sudah kita rasakan. Oleh sebabitu kita akan loyal terhadap pond’s
dan tidak akan menggunakan produk kecantikan lain
2.9 ISU ETIKA DALAM PEMBELAJARAN KONSUMEN
Isu ledakan tabung gas elpiji.
Kasus ledakan gas yang marak beberapa waktu lalu
merupakan salah satu bentuk kasus masalah etis seputar konsumen. Pemerintah, walau
sudah berusaha untuk mengurangi kejadian ini, tapi masih belum bisa meredam
kejadian yang ada. Bukannya masyarakat semakin terpacu untuk mengkonversi
energy tapi malah menjadi takut untuk melakukan konversi ini. Padahal konsumen
adalah pemicu faktor terjualnya produk, tidak ada konsumen maka tidak akan ada
penjualan yang terjadi dan perusahaan tidak akan mendapat laba jika tidak ada
konsumen yang membeli produk mereka. Maka hendaknya perusahaan makin
memperhatikan konsumennya dan tentunya memberikan hak yang sesuai kepada
konsumennya. Seperti yang diucapkan oleh Presiden John F.Kennedy pada tahun
1962 kepada Kongres Amerika yang disebut “Special Message on Protecting the
Consumer Interest”, dimana menetapkan 4 hak yang dimiliki setiap konsumen: the
right to safety, the right to be informed, the right to choose, the right to be
heard. Namun hak harus dimengerti secara luas sehingga ada 2 hak lagi yang
dikemukan olehnya yaitu hak lingkungan hidup dan hak atas pendidikan.
- The right to safety (Hak atas keamanan). Dalam kasus ini, pemerintah dan pelaku bisnis telah gagal memberikan hak atas keamanan kepada para konsumennya. Tabung gas yang berbahaya hingga menimbulkan ledakan dan dapat menyebabkan kematian.
- The right to be informed (Hak atas informasi). Pemerintah sudah memenuhi hal ini tapi sayangnya kurang maksimal. Informasi yang diberikan kepada masyarakat mencakup segala informasi yang relevan mengenai produk yang dibelinya, baik apa sesungguhnya produk itu, maupun bagaimana cara memakainya, maupun resiko yang menyertai pemakaiannya.
- The right to choose (Hak untuk memilih). Dalam kasus ini, sebagai konsumen, mereka berhak memilih produk yang mereka beli sehingga konsumen semestinya boleh memilih dan meminta untuk mengecek tabung gas yang mereka beli, apakah mengalami kebocoran atau tidak.
- The right to be heard (Hak untuk didengarkan). Tentunya akibat maraknya kasus tabung gas meledak, maka keluhan dari masyarakat tentunya harus ditanggapi dengan cepat oleh pemerintah.
- Hak lingkungan hidup. Konsumen tentunya berhak untuk mendapatkan produk yang ramah terhadap lingkungan. Dalam konteks kasus, tabung gas yang meledak dapat menimbulkan pencemaran lingkungan selain menghancurkan lingkungan sekitarnya.
- Hak konsumen atas pendidikan. Konsumen memiliki hak, tapi ia juga harus menyadari akan hak tersebut. Bahkan menyadari hak saja belum cukup, karena konsumen harus mengemukakan kritik dan keluhannya, bila haknya dilanggar. Karena itu, konsumen punya hak untuk dididik secara positif ke arah itu. Dengan demikian, konsumen akan menjadi individu yang sadar dan kritis akan haknya. Dalam konteks ini, konsumen termasuk sudah menyadari hak mereka untuk menyatakan keluhan dan tuntutan terhadap pelaku bisnis akan hak yang semestinya mereka dapatkan. Konsumen Indonesia termasuk kritis dalam menuntut haknya walau tidak sepenuhnya dalam bentuk yang positif bahkan ada juga respon dalam bentuk yang negatif.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persepsi
adalah sebagai sebuah proses yang dilalui
seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimuli ke
dalam sebuah gambaran tentang dunia yang memiliki arti atau makna dan bersifat
koheren. Persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku
konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan sebuah
produk. Dinamika persepsi dipengaruhi
oleh sifat-sifat
stimulus, expectation
(harapan) konsumen dan motive. Pemetaan terhadap persepsi pun merupakan suatu teknik
yang bisa digunakan oleh para pemasar untuk mengetahui bagaimana produk, jasa,
merek toko, ataupun perusahaan mereka dipersepsikan oleh konsumen. Pembelajaran
dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam perilaku yang relative permanen
sebagai akibat pengalaman masa lalu. Dalam perspektif pemasaran, pembelajaran
konsumen dapat diartikan sebagai sebuah proses yang dilalui seorang individu
untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pembelian dan kosnumsi yang
akan diaplikasikan di masa datang.
DAFTAR PUSTAKA
·
Adicondro,
Yessica. “Masalah Etis Konsumen”. 12 Maret 2015. http://yesica-adicondro.blogspot.com/2013/04/masalah-etis-seputar-konsumen.html
- Nurul. “Persepsi Konsumen”. 11 Maret 2015. http://nururul.blogspot.com/2013/11/persepsi-konsumen-bab-6-perilaku.html
·
Putri.S.
“ Persepsi Konsumen”. 11 Maret 2015. http://putrirhm.blogspot.com/2013/11/persepsi-konsumen.html
·
Suprapti,
NWS. 2010. Perilaku Konsumen: Pemahaman Dasar dan Aplikasinya dalam Strategi
Pemasaran. Denpasar. Udayana University Press
Perilaku Konsumen - Paper mengenai Persepsi dan Pembelajaran Konsumen
Reviewed by Sueca Arimbawa
on
06.13
Rating:
Tidak ada komentar:
Berkomentarlah sesuka hati anda, keluarkanlah unek-unek anda tentang isi artikel blog saya ini. tapi jangan sepaming, berkata kotor, dll yang berhubungan dengan kekerasan dan pelecehan. "SALAM BLOGGER INDONESIA"
Blogger yang baik, adalah blogger yang berkomentar baik"