Jumat, 16 Oktober 2009 | 09:12 WIB. VAIL, KOM*PAS.com — Sepintas, Josie Romero tak berbeda dengan bocah perempuan lainnya. Hanya, dia dilahirkan sebagai lelaki bernama Joseph. Dia yakin dirinya perempuan saat berumur empat tahun.
Penampilan Josie (8) sangat khas anak perempuan. Rambut ikalnya sepanjang bahu. Ia suka mengenakan gaun bermotif bunga. Hobinya pun bermain boneka sehingga tak ada yang menduga bahwa Josie sebenarnya anak laki-laki.
Nama aslinya Joseph, dan mendapat panggilan kesayangan Joey. Ya, Josie memutuskan untuk menjadi seorang transjender di usianya yang masih sangat muda. Ketika mulai belajar berbicara, ia berulang kali mengatakan. “Saya perempuan.” Biasanya, orangtuanya langsung mengoreksi. “Bukan. Kamu laki-laki.”
Toh, meski berulang kali ditegaskan jika dirinya seorang bocah laki-laki, saat usianya baru menginjak empat tahun, ia tegas mengatakan. “Saya benar-benar perempuan sejati.”
Vanessa, ibunda Josie, menceritakan bahwa ketika masih kecil, Josie sering bermain dengan boneka tentara. “Tapi Josie membungkusnya lalu memperlakukan boneka tentara itu seperti bayi,” kenang Vanessa seperti dikutip The Sun, Kamis (15/10).
Saat itu, keluarga Romero masih tinggal di pangkalan militer Amerika di Jepang. Joseph, ayah Josie, adalah teknisi di Angkatan Udara AS. Di sana mereka juga mengadopsi seorang bocah keturunan China berusia dua tahun, bernama Jade. Josie senang bermain bersama Jade dan boneka-boneka miliknya.
Ketika Josie berusia 5,5 tahun, dokter anak yang menanganinya menyarankan agar ia dibawa ke spesialis masalah jender. Sejak itulah keluarga Romero mulai menerima kenyataan bahwa putra sulung mereka menjadi perempuan.
“Saya sedih karena kehilangan anak laki-laki. Dan ketika saya coba menerima kenyataan itu, saya tahu saya mendapat ganti seorang anak perempuan,” ujar Joseph.
Sayangnya, tak semua berjalan lancar. Ada banyak protes dari lingkungan di sekitar sekolah Josie. Bahkan sejak keluarga itu kembali ke Vail, Arizona, tahun lalu, Josie dan Jade terpaksa menjalani home schooling.
Akta kelahiran, paspor, dan nomor jaminan sosial Josie telah diubah. Dalam dokumen-dokumen itu dicantumkan bahwa Josie berjenis kelamin perempuan.
Dalam waktu dekat, Josie harus minum obat pencegah pertumbuhan hormon laki-laki. Saat umurnya 12 tahun kelak, dia akan mengonsumsi hormon perempuan.
Sementara itu, operasi ganti kelamin baru dilakukan jika ia telah dewasa.
“Saya senang karena setiap orang tahu bahwa saya perempuan. Saya tidak perlu berpura-pura menjadi laki-laki lagi,” ujar Josie senang.
Josie sendiri diangkat sebagai juru bicara kaum transjender di kalangan bocah-bocah. Kasus Josie serupa dengan kasus yang dialami seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun yang tinggal di kawasan selatan Inggris.
Bulan lalu, ia menggegerkan sekolahnya ketika ke sekolah dengan dandanan perempuan. Orangtuanya mengubah nama si bocah menjadi nama perempuan dan memakaikan pakaian perempuan padanya. (sun/mail/tis)
Sumber www.kompas.comPenampilan Josie (8) sangat khas anak perempuan. Rambut ikalnya sepanjang bahu. Ia suka mengenakan gaun bermotif bunga. Hobinya pun bermain boneka sehingga tak ada yang menduga bahwa Josie sebenarnya anak laki-laki.
Nama aslinya Joseph, dan mendapat panggilan kesayangan Joey. Ya, Josie memutuskan untuk menjadi seorang transjender di usianya yang masih sangat muda. Ketika mulai belajar berbicara, ia berulang kali mengatakan. “Saya perempuan.” Biasanya, orangtuanya langsung mengoreksi. “Bukan. Kamu laki-laki.”
Toh, meski berulang kali ditegaskan jika dirinya seorang bocah laki-laki, saat usianya baru menginjak empat tahun, ia tegas mengatakan. “Saya benar-benar perempuan sejati.”
Vanessa, ibunda Josie, menceritakan bahwa ketika masih kecil, Josie sering bermain dengan boneka tentara. “Tapi Josie membungkusnya lalu memperlakukan boneka tentara itu seperti bayi,” kenang Vanessa seperti dikutip The Sun, Kamis (15/10).
Saat itu, keluarga Romero masih tinggal di pangkalan militer Amerika di Jepang. Joseph, ayah Josie, adalah teknisi di Angkatan Udara AS. Di sana mereka juga mengadopsi seorang bocah keturunan China berusia dua tahun, bernama Jade. Josie senang bermain bersama Jade dan boneka-boneka miliknya.
Ketika Josie berusia 5,5 tahun, dokter anak yang menanganinya menyarankan agar ia dibawa ke spesialis masalah jender. Sejak itulah keluarga Romero mulai menerima kenyataan bahwa putra sulung mereka menjadi perempuan.
“Saya sedih karena kehilangan anak laki-laki. Dan ketika saya coba menerima kenyataan itu, saya tahu saya mendapat ganti seorang anak perempuan,” ujar Joseph.
Sayangnya, tak semua berjalan lancar. Ada banyak protes dari lingkungan di sekitar sekolah Josie. Bahkan sejak keluarga itu kembali ke Vail, Arizona, tahun lalu, Josie dan Jade terpaksa menjalani home schooling.
Akta kelahiran, paspor, dan nomor jaminan sosial Josie telah diubah. Dalam dokumen-dokumen itu dicantumkan bahwa Josie berjenis kelamin perempuan.
Dalam waktu dekat, Josie harus minum obat pencegah pertumbuhan hormon laki-laki. Saat umurnya 12 tahun kelak, dia akan mengonsumsi hormon perempuan.
Sementara itu, operasi ganti kelamin baru dilakukan jika ia telah dewasa.
“Saya senang karena setiap orang tahu bahwa saya perempuan. Saya tidak perlu berpura-pura menjadi laki-laki lagi,” ujar Josie senang.
Josie sendiri diangkat sebagai juru bicara kaum transjender di kalangan bocah-bocah. Kasus Josie serupa dengan kasus yang dialami seorang bocah laki-laki berusia 12 tahun yang tinggal di kawasan selatan Inggris.
Bulan lalu, ia menggegerkan sekolahnya ketika ke sekolah dengan dandanan perempuan. Orangtuanya mengubah nama si bocah menjadi nama perempuan dan memakaikan pakaian perempuan padanya. (sun/mail/tis)
Anak 8 Tahun Mau Ganti Kelamin.
Reviewed by Sueca Arimbawa
on
18.11
Rating:
Tidak ada komentar:
Berkomentarlah sesuka hati anda, keluarkanlah unek-unek anda tentang isi artikel blog saya ini. tapi jangan sepaming, berkata kotor, dll yang berhubungan dengan kekerasan dan pelecehan. "SALAM BLOGGER INDONESIA"
Blogger yang baik, adalah blogger yang berkomentar baik"